12345678910111213141516171819202122232425262728 Melangkah Melupakanmu https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1W6iaD-pWVMDEiDGJFL1ESqtn6t-reBv8Y1AMP23xq5cO6GVYQ6dNh4VMRhor4p8TCGdCApsB59XPLhOHU2D60H-rG1tQ1r_TXbMq1DLnXQterutrYNBqMm38lwiym3bWQ94zL8liMzk/s128-no/Loading4.GIF

Melangkah Melupakanmu

Kamis, 08 Mei 2014

12345678910111213141516

            Aku masih tetap melangkah, melupakanmu. Melupakan kebahagiaan yang kini kian hampa tak berasa. Melupakan putaran waktu yang kini kian terasa lama, membosankan. Melupakan semua kenangan yang kini kian terasa menyakitkan kala aku mengingatnya. Melupakan kata cinta dan rindu yang kini kian sesakkan kalbu. Melupakan cintaku yang kini kian egois. Melupakan kamu, tentang hatimu.
            Rasa ini tak mungkin tetap bertahan di sini, tak mungkin terus ku pelihara, tak mungkin terus ku biarkan merampas habis kebahagiaanku. Aku pun ingin tertawa. Aku ingin kembali menuliskan puisi cinta yang indah. Aku ingin terbang lagi dan membacakan kisah bahagia pada awan-awan yang berserakan. Aku ingin bermain lagi bersama matahari kecil di ufuk barat.
            Tapi sekarang semua tak sama. Semua berbeda setelah aku mencintaimu. Tak sendirian mencintamu, karena selalu ada keegoisan yang setia menemani langkahku menuju hatimu. Dan keegoisan itulah yang telah merubah segalanya. Tawa yang dulu pernah ada, kini hanyalah senyuman kecil. Aku tak mampu lagi tertawa sebahagia dulu. Puisi cinta itu, kini juga telah berubah menjadi mantra kegelapan yang menakutkan. Awan-awan putih yang menjamur di setiap sudut langit, kini juga enggan mendengar kisah yang ku bacakan. Mereka meneteskan air setiap kali aku mulai bercerita. Matahari setitik di ujung sana juga semakin hari semakin membesar dan siap membakar hatiku yang sudah remuk, hancur, musnah tak bersisa.
            Aku tak menyalahkanmu atas apa yang aku alami. Aku tak memintamu bertanggung jawab atas apa yang kini membuatku terjatuh, tersungkur, dan tak bangkit lagi. Aku juga tak memintamu untuk meraih tanganku dan tetap memegangnya saat aku melangkah menelusuri liku hidupku. Aku tak meminta apapun darimu, bahkan ucapan selamat tinggal pun aku tak minta. Kenapa? Karena ini salahku. Ini dosaku. Aku mencintaimu seegois ini.
            Aku yang memulai kisah menyedihkan ini, tanpa kamu. Tanpa ucapan selamat datang darimu. Aku rasa, aku juga harus mengakhirnya tanpa dirimu dan juga tanpa ucapan selamat tinggal darimu. Aku tak berhak menerima ucapan itu, karena ini kisahku, sedikitpun bukan kisahmu. Apalagi kisah kita.
            Semoga aku mampu menyelesaikan kisah ini sendirian. Semoga aku mampu lanjutkan hidup yang mungkin akan sangat berbeda. Semoga aku mampu membiarkan kisah ini berlalu. Biarkan hujan menghapus jejakmu.
           

0 komentar:

Posting Komentar