Aku masih tetap melangkah, melupakanmu. Melupakan
kebahagiaan yang kini kian hampa tak berasa. Melupakan putaran waktu yang kini
kian terasa lama, membosankan. Melupakan semua kenangan yang kini kian terasa
menyakitkan kala aku mengingatnya. Melupakan kata cinta dan rindu yang kini
kian sesakkan kalbu. Melupakan cintaku yang kini kian egois. Melupakan kamu,
tentang hatimu.
Rasa ini tak mungkin tetap bertahan di sini, tak mungkin
terus ku pelihara, tak mungkin terus ku biarkan merampas habis kebahagiaanku. Aku
pun ingin tertawa. Aku ingin kembali menuliskan puisi cinta yang indah. Aku
ingin terbang lagi dan membacakan kisah bahagia pada awan-awan yang berserakan.
Aku ingin bermain lagi bersama matahari kecil di ufuk barat.
Tapi sekarang semua tak sama. Semua berbeda setelah aku
mencintaimu. Tak sendirian mencintamu, karena selalu ada keegoisan yang setia
menemani langkahku menuju hatimu. Dan keegoisan itulah yang telah merubah
segalanya. Tawa yang dulu pernah ada, kini hanyalah senyuman kecil. Aku tak
mampu lagi tertawa sebahagia dulu. Puisi cinta itu, kini juga telah berubah
menjadi mantra kegelapan yang menakutkan. Awan-awan putih yang menjamur di
setiap sudut langit, kini juga enggan mendengar kisah yang ku bacakan. Mereka
meneteskan air setiap kali aku mulai bercerita. Matahari setitik di ujung sana
juga semakin hari semakin membesar dan siap membakar hatiku yang sudah remuk,
hancur, musnah tak bersisa.
Aku tak menyalahkanmu atas apa yang aku alami. Aku tak
memintamu bertanggung jawab atas apa yang kini membuatku terjatuh, tersungkur,
dan tak bangkit lagi. Aku juga tak memintamu untuk meraih tanganku dan tetap
memegangnya saat aku melangkah menelusuri liku hidupku. Aku tak meminta apapun
darimu, bahkan ucapan selamat tinggal pun aku tak minta. Kenapa? Karena ini
salahku. Ini dosaku. Aku mencintaimu seegois ini.
Aku yang memulai kisah menyedihkan ini, tanpa kamu. Tanpa
ucapan selamat datang darimu. Aku rasa, aku juga harus mengakhirnya tanpa
dirimu dan juga tanpa ucapan selamat tinggal darimu. Aku tak berhak menerima
ucapan itu, karena ini kisahku, sedikitpun bukan kisahmu. Apalagi kisah kita.
Semoga aku mampu menyelesaikan kisah ini sendirian.
Semoga aku mampu lanjutkan hidup yang mungkin akan sangat berbeda. Semoga aku
mampu membiarkan kisah ini berlalu. Biarkan hujan menghapus jejakmu.

0 komentar:
Posting Komentar