12345678910111213141516171819202122232425262728 Waktu Akan Buatmu Paham https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1W6iaD-pWVMDEiDGJFL1ESqtn6t-reBv8Y1AMP23xq5cO6GVYQ6dNh4VMRhor4p8TCGdCApsB59XPLhOHU2D60H-rG1tQ1r_TXbMq1DLnXQterutrYNBqMm38lwiym3bWQ94zL8liMzk/s128-no/Loading4.GIF

Waktu Akan Buatmu Paham

Rabu, 30 Juli 2014

12345678910111213141516

         

            Hai, kamu yang masih merasa semakin rindu masa lalu.
            Hai, kamu yang masih mendengarkan lagu kesukaan di masa lalu.
 Hai, kamu yang hatinya masih luka sedikit oleh masa lalu.
            Hai, kamu yang masih tak bisa menahan kepedihan saat masa lalu itu disebutkan.  
            Hai.
            Aku di sini bukan bagian dari masa lalumu, tak juga berharap menjadi masa depanmu. Tidak (lagi). Aku hanya orang tak penting yang menganggap penting kebahagiaanmu. Aku hanya salah satu dari sekian banyak manusia yang peduli terhadap keadaanmu, selalu mencoba mengerti liku hidupmu, selalu belajar memahami dukamu, dan kalau ingat terkadang aku berdoa untuk keselamatanmu. Kamu. Untuk kamu yang masih belum bisa berdamai dengan masa lalumu.
            Hai, kamu.
            Mungkin kamu akan menyebutku manusia paling sok tahu didunia, terserahlah. Yang aku tahu, kau berbeda saat kau sadar bahwa kau telah berada satu langkah di depan masa itu. Kenapa? Kau belum bisa menerima kalau kau (harus) punya masa lalu? Kau belum bisa mengerti kenapa ada sesuatu yang berlalu? Kau gagal memahami kenapa jejak-jejak langkah di belakangmu selalu saja menimbulkan sedikit rasa, uuhmmmm, nyeri di hati?
            Tenanglah, kamu bukan satu-satunya orang yang tidak lulus dalam ujian tentang perjalanan waktu. Aku juga sama, tidak pernah lulus, meskipun sudah remedial berkali-kali. Terkadang aku bingung, kenapa yang berjalan selalu berlalu? Kenapa yang datang selalu pergi? Kenapa yang ada selalu hilang? Kenapa jarum jam bergerak maju, tak pernah berjalan mundur. Kenapa hitungan dimulai dari 1 2 3 dan seterusnya, bukan 1 2 3 4 3 2 1. Kenapa waktu di masa lalu tak bisa kembali dalam beberapa detik nanti. Kenapa? Kuharap kau bisa menjelaskannya suatu saat nanti.
            Bukan hanya waktu yang tak kembali, tapi juga keadaan, suasana, perasaan, dan seseorang. Seseorang yang kadang kita sebut, masa lalu. Entah kenapa, aku selalu tak tega menyebutnya masa lalu. Tapi untuk terang-terangan menyebut namanya, aku juga tak mampu. Apa kamu juga begitu? Jawabannya pasti iya (sekarang pasti kau menyebutku sok tahu lagi).
            Tak perlu malu, tak usah sungkan, kita sama. Sama-sama belum bisa berbagi tawa dengan masa lalu. Apakah itu hal yang mengerikan? Hidup dibayang-bayangi masa lalu. Mau lupa, tak sanggup. Mau ingat, tak mampu. Haha, kasihan sekali. Tapi tak ada yang lebih menyedihkan daripada menutup diri dengan dunia luar dengan alasan ‘masa laluku masih mengawasiku 24 jam.’ Klise. Alibi. Menyedihkan. Kuharap kamu tak begitu, ya.

^^

            Suatu hari, aku menemukan tulisan begini, “Sesuatu yang sangat kita inginkan, terkadang malah jadi hal yang seharusnya kita jauhi,” entahlah apa maksudnya.Mungkin apa yang menurut kita bagus, belum itu diperlukan untuk kehidupan kita. Baik tapi bukan yang terbaik.
            Barangkali, kalimat itu bisa diibaratkan untuk masalah klasik kita tentang masa lalu. Jadi begini, misalkan kita amat sangat menyesali semua yang terjadi sebelum kita menikmatinya, bisa jadi itu adalah garis terbaik untuk skenario  hidup.  Sama seperti ketika kau harus rela menjadikannya masa lalumu. Mungkin ia jauh lebih baik menjadi masa lalumu, daripada menjadi masa depanmu. Bisa juga dia sekarang memang jadi masa lalumu, tapi nanti ia akan jadi masa depanmu. Nanti, lihat saja nanti. Semua kembali lagi ke waktu. Biar waktu yang menjawabnya, biar waktu yang menjelaskannya, biar waktu yang membuatmu paham tentang pertanyaan-pertanyaan yang sekarang kita pertanyakan. Waktu takkan pernah salah.

0 komentar:

Posting Komentar