12345678910111213141516171819202122232425262728 Satu Jam Bersama Lilin Kecil https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1W6iaD-pWVMDEiDGJFL1ESqtn6t-reBv8Y1AMP23xq5cO6GVYQ6dNh4VMRhor4p8TCGdCApsB59XPLhOHU2D60H-rG1tQ1r_TXbMq1DLnXQterutrYNBqMm38lwiym3bWQ94zL8liMzk/s128-no/Loading4.GIF

Satu Jam Bersama Lilin Kecil

Sabtu, 03 Mei 2014

12345678910111213141516
           

      Lima lilin yang ku nyalakan malam itu tinggal dua. Cahayanya kian redup temaram. Kuhembuskan kesunyian padanya. Kubacakan syair kehampaan padanya dan satu lilin mati, tak kuat menyaksikan kerinduan seorang manusia yang kian tak tertahankan.
            Kini lilin itu tinggal satu. Sendiri, menemani malamku yang juga sendiri. Cahayanya makin redup, menyakitkan. Tapi aku tak ingin menyudahi semua ini. Aku tak ingin meninggalkan cahaya redupnya. Aku ingin tetap begini, setidaknya satu jam saja. Aku ingin menikmati malam sepi ini bersama lilin kecil, mencoba mengenang semua yang pernah ada.
            Semua yang pernah ada. Semua yang pernah terjadi. Semuanya. Kucoba mengingat setiap rinci kejadian yang pernah aku dan dia alami. Satu per satu. Tak sedetikpun terlewatkan. Aku mengingat semuanya dengan sempurna. Aku ingat wajahnya, hembusan napasnya, gerakan tangannya, tatapan matanya, kata-katanya, aku ingat semuanya. Tak ada satu kenanganpun luput dari ingatanku. Aku mengingatnya sesempurna aku merindunya.
            Andai dia di sini, menemani malamku bersama lilin yang hampir mati karena terlalu tertekan dengan semua kisah cinta yang kuceritakan padanya. Andai dia di sini membantuku memperbaiki cerita yang mungkin salah saat aku mengenangnya. Andai dia di sini ikut larut dalam cerita yang kini hampir usai. Andai dia di sini. Setidaknya satu jam saja. Aku ingin diam berdua, memutar kembali kisahku yang selalu menghadirkannya. Satu jam saja, hingga aku merasa bahagia untuk mengakhiri kisahku yang selalu mengharapkannya. Satu jam saja, izinkan aku merasa rasa itu pernah ada.
            Andai dia di sini, meluangkan sedikit waktu yang dia miliki untukku. Mendatangi malamku. Andai dia di sini, mendengarkan apa yang akan ku sampaikan. Andai dia di sini, menyempatkan mengunjungiku, satu jam saja. Tapi dia tidak ada. Dia tidak datang.
            Satu jam yang kunanti telah berlalu. Cahaya lilin tinggal satu-satu. Hembusan pelan akan mematikannya. Tapi aku membiarkan lilin itu tetap menyala, menunggu waktu kematiannya tiba. Aku tetap membiarkannya menyala dan tetap menunggu dia yang mungkin akan hadir di penghujung detik penantianku.
            Aku masih di sini, menunggu. Terasa lama, terasa dingin, terasa hampa, tapi tak membosankan. Cahaya lilin sudah hampir mati. Ada atau tidaknya cahaya itu, aku rasa tak ada bedanya. Tiga detik lagi mungkin akan benar-benar gelap.
            Tunggu, diakah itu? Berdiri di depanku, menjulurkan tangannya ke arahku. Ya, itu dia. Dia yang ku tunggu kehadirannya walau satu jam saja. Aku menjulurkan tanganku untuk meraih tangannya. Satu, dua, tiga….
            Lilinku sekarang telah benar-benar mati. Mati sebelum aku berhasil menggenggam jemarinnya. Aku kehilangannya di kegelapan. Tapi entah kenapa, aku merasa lega. Aku bahagia.

5 komentar:

Anonim mengatakan...

Nyesek bacanya

Anonim mengatakan...

beli lilin baru sana . Hahaa

Anonim mengatakan...

Kerenn !

Anonim mengatakan...

like this euy!!!"keren

meilinda dwi pertiwi mengatakan...

Makasih, Ki :p

Posting Komentar