12345678910111213141516171819202122232425262728 Aku, Mimpi, Bualan, Omong Kosong, dan Fantasi Kesedihan https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1W6iaD-pWVMDEiDGJFL1ESqtn6t-reBv8Y1AMP23xq5cO6GVYQ6dNh4VMRhor4p8TCGdCApsB59XPLhOHU2D60H-rG1tQ1r_TXbMq1DLnXQterutrYNBqMm38lwiym3bWQ94zL8liMzk/s128-no/Loading4.GIF

Aku, Mimpi, Bualan, Omong Kosong, dan Fantasi Kesedihan

Sabtu, 15 Maret 2014

12345678910111213141516    

                Ini bukan soal apa yang aku lihat, apa yang aku dengar, dan apa yang aku tulis, tapi ini soal betapa aku muak terhadap diriku sendiri karena telah membiarkan kekuatan itu lari dari lingkaran hidupku. Aku telah kehilangan seluruh keberanianku, bahkan untuk sekedar melihatnya.
            Dulu, sebelum keberanian itu pergi jauh meninggalkanku, aku selalu menikmati kegiatanku ini, meresapi suara sendunya saat ia bersenandung dengan yang lain, menyusuri tatapan matanya saat ia memandang mata lain, menggapai senyumnya saat ia tertawa bersama yang lain, mengikuti gerak lembut ujung jemarinya saat ia menunjuk satu kebahagiaan untuk yang lain, dan mencoba merangkul lengan kirinya saat tangan kanannya menggenggam tangan yang lain. Aku selalu menikmati kegiatanku itu. Selalu merasa bahagia walaupun aku hanya melakukannya dari jauh, hingga akhirnya ku tersadar, yang ada di depanku hanyalah mimpi, bualan, omong kosong. Yang ada di depanku hanya sebuah fantasi kesedihan tentang dia. Dia yang selalu membelakangiku, yang selalu menganggapku anak kecil dengan kertas kosong di tangan. Tapi tak mengapa. Aku bahagia.
            Sekarang, untuk sekedar bermimpi menatap wajahnya dari jauhpun aku tak berani. Aku kehilangan cukup keberanian untuk menatap jauh ke dalam matanya saat dia melintas. Dan ketika dia berlalu, aku hanya berani melirik, menemukan kenyataan di ujung rambutnya bahwa aku dan dia takkan pernah punya cerita.
           

0 komentar:

Posting Komentar