Lagi-lagi tulisan ini hanya intermezzo
kegiatanku sehari-hari. H-13 ujian nasional. Tidak terasa dua minggu lagi aku
akan tempur dan sekaranglah waktunya menyiapkan amunisi. Disela-sela prepare,
aku rasa tak ada salahnya meluangkan waktu sejenak untuk menulis.
Selesai UN nanti, mungkin aku tidak
akan kesulitan untuk melihat wajah orang-orang yang tiga tahun ini mengisi
hari-hariku di sekolah ini. Tidak semudah saat ini. Mereka satu persatu pasti
akan menghilang, berlari, dan terbang menggapai mimpi masing-masing. Dan mereka
itu termasuk dia, seseorang yang hatinya tak pernah berhasil kusentuh.
Dia, salah satu orang yang berhasil mengubah putih abu-abuku menjadi warna yang
lebih kompleks. Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu, warna pelangi.
Oh,iya satu lagi, hitam!
Berjalan beriringan mencari mimpi
bersamanya, membuatku tahu arti senang dan sedih. Senang dan sedih. Dua hal
berbeda yang kadang bersumber dari satu hal yang sama. Aneh.
Dia yang mengajariku kebahagiaan lewat
sebuah hal kecil yang mempesona, misalnya saja senyum. Dia hanya tersenyum, aku
sudah bahagia. Ya walaupun senyum itu bukan untukku -___- *ngenes*. Dan dia
juga yang membuatku paham arti sebuah kesedihan lewat sebuah kehilangan. Dia
menghilang. Hmmm, haruskah aku melapor ke polisi? “Pak, saya mau melapor. Saya
kehilangan seseorang yang hatinya tak pernah berhasil saya sentuh. Dia sudah
menghilang sejak 17.280 jam yang lalu. Tolong saya, Pak.
Tolooooooooooooooooooong!”
“Maaf, kami polisi, bukan Mario Teguh
yang bisa memberikan solusi atas masalah ketidakberhasilan anda menyentuh
hatinya. Anda kami tahan!”
Fainted -_____-
Hari ini aku tersesat di hutan dan
menemukan sebuah gubuk reot. Dan disana, tinggallah seorang jones forever yang
ngakunya spesialis cinta paling handal. Bahh! Sebut saja dia Paijo.
“Cinta memang begitu, Boy.”
“Hey, aku perempuan!”
“Jangan memotong pembicaraanku!”
bentaknya. Eh bangun-bangun keselek stang. *latah*
“Kalau kalau kau memang cinta dia, kau
takkan peduli apa yang dia lakukan, apakah menyakitimu atau tidak. Kau akan
tetap menyayanginya sepenuh hatimu. HEI KENAPA KAU TIDUR! AKU SEDANG BICARA!!”
Eh bangun-bangun ketemu kodok.
“Perjuangkan dia. Kalau memang kau
cinta, perjuangkan sampai darah titik penghabisan.”
“Kebalik, Mbah.”
“DIAAAAAM!”
Eh, bangun-bangun di tengah laut nyari
MH370.
“Sentuh hatinya dengan cintamu.
Lakukan apa saja untuk membuat dia, yaa paling tidak melirikmu saat kalian
berpas-pasan. Buat dia tak bisa melupakanmu. Intinya perjuangkan dia. MERDEKA!”
“Udah, Mbah. Percuma, saya terlalu
kecil untuk bisa mendobrak masuk hatinya.”
“Menyerah?”
“Tidak. Eh, iya. Bisa jadi!”
“Anak muda, kau terlalu cepat putus
asa..”
“Whaaaaaaaaaaaaaaaat? Terlalu cepat?
Sembilan ratus hari, Mbah! Saya berjuang 900 hari.”
“Double what what, double cian cian.”
“Mbaaaaaaaaaah! Cius ini!”
“Kalau begitu lupakan dia. Jangan
memaksa. Kalau kau memang cinta, kau pasti takkan keberatan untuk menyimpan
rasamu dalam hati saja. Biarkan rasa itu tumbuh dan kau pelihara sendiri. Toh
cinta tak harus memiliki.”
“Lalu perjuangan itu?”
“Entahlah, saya mau tidur. Sana
pulang!”
Aneh. Itulah percakapan saya dengan
Mbah Jones Forever Tralala-Trilili. Omong kosong perjuangan. Persetan dengan
titik darah penghabisan. Apa gunanya perjuangan kalau ujung-ujungnya cinta tak
harus memiliki?
Arrrghhh.
0 komentar:
Posting Komentar